Rabu, 20 Juli 2011

Pengaruh musik pada stimulasi bayi

Pengaruh musik pada stimulasi bayi

Stenberg dan Belsky (1991) mengatakan bahwa 3 tahun pertama kelahiran seorang bayi adalah dasar stimulasi yang penting.
Perkembangan bayi pada 3 tahun pertama itu dapat dirinci sebagai berikut:
♪ 0-3 bln : senyum pertama, kaget suara
♪ 7-12 bln : mulai takut orang /obyek asing
♪ 13-18 bln : tantrum, emosi mudah berubah
♪ 19-24 bln : interaksi benda berbunyi
♪ 25-30 bln : respon menirukan sumber suara
♪ 31-36 bln : agresif,belajar berbicara

Pada masa bayi ini terjadi perkembangan yang sangat menakjubkan loh, Terjadi perkembangan sangat cepat pada bayi dalam ranah

kognitif dan psikomotor. Walaupun kelihatannya pasif seorang bayi telah belajar dari kita lewat pendengarannya, banyak ia belajar tentang bahasa ibunya (kapan2 lah saya posting tentang perkembangan bahasa pada anak ;). Callagan-pun mengatakan bahwa bayi itu mendengar orang bicara dan senang mendengarkan nyanyian.
Nah apa sieh musik itu? Dirangkum dalam beberapa ahli musik adalah bahasa nada, bahasa emosi, memiliki birama. Irama, dan melodi. Musik dapat merubah reaksi emosi, memunculkan rasa gembira. Musik juga dapat sebagai alat mencurahkan pikiran dan perasaan (kalau lagi senang, lagunya yang happy; kalu lagi sedih mesti milih lagu yang melloww, khan??). musik juga dapat mengembangkan fisik (?), inteigensi, emosi, dan sosial.
Nahh,,, cara mengenalkan musik pada anak itu gimana sie?
Menurut beberapa ahli nie:
1. Kodaly (Zoltan Kodaly): Musik terbaik adalah suara bayi itu sendiri
2. Dalcroze Eurhythmics (Emile Jaques Dalcroze): Musik ritmik yang menyenangkan merangsang bayi mengikutinya
3. Orff (Carl Orff) Musik tubuh dengan diikuti gerakan badan
4. Educational Through Music (ETM) (Mary Helen Richards) Mengenalkan pengetahuan melalui musik
Disarikan dari presentasinya mbak Kurniawati, H. 2010

Read More ...

Senin, 11 Juli 2011

Apakah attachment itu?


Seiring perkembangan, emosi dan kompetensi emosional anak akan terus berkembang pula. Perkembangan emosi menentukan bagaimana seorang individu menjalani kehidupannya. Perkembangan emosi juga merupakan faktor esensial dalam membangun relasi dengan individu lainnya. Bahkan, emosi itu sendiri merupakan inti dari hubungan seorang individu dengan individu lain. Bentuk paling awal dari hubungan antar-individu yang melibatkan emosi terjadi pada masa awal perkembangan, yang dikenal dengan istilah attachment (kelekatan).

Apakah attachment itu?

Attachment merupakan ikatan psikologis yang terjadi antara anak dengan ibu atau pengasuh utamanya. Ikatan ini mulai terbentuk ketika bayi. Seorang bayi menggunakan tangisan atau senyuman untuk berkomunikasi dengan pengasuh utamanya; bentuk ekspresi emosi seperti tangisan atau senyuman yang digunakan untuk membangun kontak dengan pengasuhnya ini disebut perilaku kelekatan (attachment behavior). Attachment yang terjadi diantara anak dengan pengasuh utamanya ini berfungsi sebagai pondasi dasar bagi perkembangan hubungan yang lebih matang nantinya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika attachment pada awal perkembangan terjadi dengan aman dan nyaman, seorang individu akan mampu menjalin hubungan (relasi), baik secara sosial maupun emosional, yang baik dengan individu lain di sekitarnya.

Definisi Attachment
Attachment didefinisikan sebagai ikatan emosional yang erat di antara dua orang (Santrock 2007). Tiga teoritisi besar dalam dunia psikologi mencoba menjelaskan proses pembentukan attachment yang terjadi pada seorang individu.

1.Freud
Freud menyatakan bahwa pada awal-awal kehidupan, sosok utama yang menjadi tempat seorang bayi melekatkan dirinya adalah mereka yang mampu memenuhi kepuasan oral bayi tersebut. Sosok ini umumnya adalah ibu karena ibu adalah orang yang menyusui. Akan tetapi, pandangan bahwa pemuasan kebutuhan oral melalui menyusui sangat penting, kemudian dibantah oleh Harlow melalui penelitiannya dengan bayi kera. Pada penelitiannya, Harlow menunjukkan bahwa bayi kera yang diberikan dua jenis ibu pengganti yang terbuat dari kawat dan dari kain akan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ibu yang terbuat dari kain meskipun kedua ibu pengganti ini memberikan kontribusi menyusui yang sama banyaknya. Penelitian ini kemudian mempostulatkan bahwa, untuk menjadi sosok lekat bagi seorang anak, menyusui bukan serta-merta menjadi sarat utama. Elemen terpenting yang harus dipenuhi adalah adanya kontak yang membuat nyaman bagi bayi.

2.Erikson
Erikson menjelaskan pembentukan attachment pada bayi. Erikson memiliki pandangan yang senada dengan Harlow, bahwa kenyamanan secara fisik dan pengasuhan yang sensitif merupakan kunci utama pembentukan basic trust pada bayi. Basic trust ini kemudian menjadi dasar bagi pembentukan attachment dan harapan bahwa dunia adalah tempat yang baik sekaligus menyenangkan.

3.Bowlby
Pandangan lain berasal dari seorang psikiater Inggris, John Bowlby. Bowlby juga menekankan pentingnya pembentukan attachment pada bayi, selain responsivitas pengasuh. Bowlby juga meyakini bahwa pembentukan attachment antara bayi dan pengasuh utamanya (ibu) telah terdisposisi secara biologis. Maksudnya, secara alamiah, bayi telah dilengkapi dengan “piranti” untuk mengembangkan perilaku attachment.

Attachment dan Perbedaan Individual
Mary Ainsworth membuktikan bahwa bayi yang satu dengan yang lainnya dapat memiliki pengalaman attachment yang berbeda-beda. Sebagian bayi dapat memiliki pengalaman attachment yang lebih positif dibandingkan bayi lainnya. Pada penelitiannya, Ainsworth menciptakan strange situation metode, yaitu suatu kondisi observasi dengan mengkondisikan bayi menghadapi perkenalan, perpisahan, dan pertemuan kembali dengan pengasuh dan orang asing dalam urutan tertentu.
Berdasarkan respon bayi ketika menghadapi situasi ini, bayi dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang memiliki attachment yang secure (aman) dan insecure (tidak aman). Klasifikasi yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1.Securely attached babies (bayi yang memiliki attachment yang aman). Perilaku yang ditunjukkan bayi pada kelompok ini adalah: ketika pengasuh hadir di ruangan, bayi akan mengeksplorasi ruang dengan leluasa; ketika pengasuh meninggalkan ruangan, bayi akan menunjukkan sikap “protes”; ketika pengasuh kembali ke ruangan, bayi akan kembali menunjukkan interaksi positif dengan pengasuh kemudian kembali menjelajahi ruang bermainnya.
2.Insecure avoidant babies. Kelompok ini dicirikan dengan perilaku-perilaku yang menunjukkan rasa tidak aman dengan cara menghindari ibu atau pengasuhnya. Perilaku yang ditunjukkan bayi adalah: interaksi yang minim dengan pengasuhnya, tidak merasa stres ketika pengasuh meninggalkan ruangan, tidak melakukan interaksi ketika sang pengasuh kembali ke ruangan, bahkan cenderung menghindari.
3.Insecure resistant babies. Perilaku bayi pada kelompok ini dicirikan dengan: sering kali terlihat sangat dekat dengan pengasuh tetapi kemudian menolak kedekatan dengan pengasuh, misalnya dengan meronta atau mendorong. Pada situasi observasi, bayi tetap lekat dengan pengasuh dengan penuh kecemasan dan menolak untuk mengeksplorasi ruang. Ketika pengasuh meninggalkan ruangan, bayi menangis keras. Pada saat pengasuh kembali ke ruangan, bayi akan menolak mereka.
4.Insecure disorganized babies. Kelompok ini merupakan kelompok bayi yang menunjukkan rasa tidak aman dengan menunjukkan perilaku yang tidak terorganisir dan tidak memiliki orientasi. Beberapa perilakunya adalah: bayi akan kelihatan bingung, linglung, dan takut. Ketika bersama pengasuh pun, bayi akan menunjukkan perilaku spesifik tertentu seperti ketakutan yang luar biasa.
Ainsworth berpendapat bahwa dalam secure attachment, bayi menggunakan pengasuh utamanya sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ia meyakini, bahwa keterikatan yang aman pada tahun pertama kehidupan memberi suatu landasan yang penting bagi perkembangan psikologis di kemudian hari.
Bayi yang memiliki secure attachment umumnya tidak khawatir menjelajahi lingkungannya karena ia percaya bahwa pengasuh mereka meskipun jauh akan selalu ada untuk mereka. Bayi-bayi ini kemudian akan merespon secara positif bentuk-bentuk interaksi dengan individu lainnya dan dapat bebas bermain menjelajahi ruangnya. Sebaliknya, bayi yang tidak mendapatkan secure attachment akan cenderung menghindari pengasuhnya, takut pada orang asing, dan menjadi sangat terganggu oleh hal-hal kecil seperti perpisahan sehari-hari.
Perbedaan dalam hal secure attachment ini sangat bergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang pengasuh terhadap kebutuhan atau gejala yang ditunjukkan oleh bayi. Bayi yang memiliki secure attachment umumnya memiliki pengasuh yang lebih peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi dengan baik terhadap bayi. Secure attachment yang dialami oleh bayi ini akan sangat menentukan perilaku sosial anak dikemudian hari.


Kritik terhadap attachment

1.Jerome Kagan. Kagan meyakini bahwa bayi memiliki kemampuan dasar untuk beradaptasi. Artinya, bayi secara evolusioner memiliki kapasitas untuk bertahan dalam suatu rangkaian perkembangan yang positif juga dalam menghadapi beraneka ragam pengasuhan. Kagan dan pendukungnya menekankan bahwa karakteristik genetik dan tempramen memiliki peran yang lebih penting dalam kompetensi sosial anak dibandingkan attachment.
2.Teori ini mengabaikan unsur-unsur sosial dan konteks yang selalu ada di sekitar bayi. Pada budaya-budaya tertentu, khususnya yang menganut sistem extended family, keluarga besar juga ikut menjadi pengasuh bayi. Pada akhirnya, meskipun peneliti-peneliti yakin bahwa pengasuh yang kompeten dan sabar sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembangan bayi, urgensi dari secure attachment yang diberikan oleh pengasuh tunggal kembali dipertanyakan (Santrock 2007; Santrock 1995)
Daftar Pustaka:

Santrock JW. 1995. Life-span Development Jilid 1 Edisi V. Herman Sinaga & Yati Sumiharti [penerjemah]. Jakarta: Erlangga.
Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi XI. Mila Rachmawati & Anna Kuswanti [penerjemah]. Jakarta: Erlangga.
Diedit dari Tugas Psikologi Perkembangan Sosial Emosi bagian Anak karya Zuhra, R (2011)

Read More ...

Jumat, 11 Desember 2009


KOMUNIKASI DAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Komunikasi adalah salah satu penunjang pembentukan kepribadian. Kepribadian terbentuk sepanjang kehidupan, jadi selama itu pula komunikasi penting bagi pertumbuhan pribadi kita. Banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda kapan anak mulai mengenal komunikasi dan kapan kepribadian mulai terbentuk. Ahli ilmu sosial mengatakan bahwa kurangnya komunikasi menghambat perkembangan kepribadian ( Rahmat, 2001). Bicara merupakan sarana komunikasi dank arena komunikasi penting dalam kehidupan social maka anak-anak yang tidak dapat/kurang dapat berkomunikasi dengan orang lain maka akan mengalami hambatan social dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan tidak mampu dan rendah diri. (Atkinson, dkk, 2000).

Menurut Ashley Montangu (Rahmat, 2001) anak kecil hanyalah seonggok daging sampai saat dia belajar mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya melalui tangisan, tendangan atau senyuman. Segera setelah ia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya kepribadian akan terbentuk perlahan-lahan. Bagaimana ia menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain dan bagaimana ia menyampaikanpesannya kepada orang lain menentukan kepribadiannya. (Rahmat, 2001)


Jeanne Magagna (www.ayahbunda.com), kepala penelitian terhadap bayi-bayi baru lahir di Klinik Travistock, Inggris, menemukan bahwa komunikasi antara ibu dan si buah terjadi dimulai sebelum pembuahan (prakonsepsi). Magagna menemukan bahwa “dialog” tersebut terutama terjadi pada hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana sikap dan pandangan ibu termasuk di tataran bawah sadarnya, terhadap kehadiran anak. Magagna menekankan pengaruh berbagai pertanyaan dalam diri si ibu di masa prakonsepsi. Misalnya saja, apakah si ibu menginginkan kehadiran anak untuk dicintai, Semakin positif jawaban si calon ibu, semakin positif pula pengaruhnya pada komunikasi si ibu dan anaknya kelak.

Studi yang dilakukan Magagna menggunakan ultrasonografi (USG) menunjukkan, janin telah memiliki kepribadian sejak hadir dalam rahim. Janin dapat mencium, mendengar dan merasa sakit, bahkan Magagna mengatakan janin dapat bermimpi dan mengenali aktivitas ibu yang berbeda-beda, termasuk interaksinya dengan ibu dan ayahnya. Kecemasan , kemarahan serta kebahagiaan orang tua juga ditangkap janin, dan ini mempengaruhi pembentukan kepribadian janin menjadi lebih “sempurna” sebelum ia lahir. Untuk merasa aman, beberapa saat sesudah lahir, bayi sudah menemukan cara-cara mengatasi ketakutan dan kecemasannya. Misalnya, mengisap ibu jari, menatap cahaya secara konstan atau meremas jemari kedua tangannya. Ketika orang tua memberikan kasih sayang dengan memberi belaian dan pelukan hangat setelah bayi lahir, saat inilah ia belajar membangun kelekatan (attachment) dengan ibu dan ayah. Kondisi inilah yang mendukung anak untuk belajar berinteraksi dengan orang lain secara spontan. (http://www.ayahbunda-online.com/info_ayahbunda/info_detail.asp?id=Kehamilan&info_id=348)
Anak yang melekat kuat saat memasuki tahun kedua kehidupannya lebih siap menghadapi pengalaman dan hubungan baru. Kegagalan anak untuk membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun awal kehidupannya berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk hubungan personal yang erat pada masa dewasa, yang berpengaruh pada kepribadiannya. Anak yang memiliki perlekatan kuat cenderung menjadi pemimpin sosial, mereka aktif dalam memulai dan berperan serta dalam aktivitas dan dicari oleh anak lain, sedangkan yang tidak melekat secara kuat cenderung menarik diri dan enggan berperan serta. (Atkinson, dkk, 2000)
Teori perkembangan Psikososial Erikson
Komunikasi jika dilakukan sesuai dengan ciri khas perkembangannya maka akan membentuk kepribadian yang baik. Ada empat tingkat perkembangan anak menurut Erikson (http://re-searchengines.com/agusruslan31-5-2.html), yaitu :
1. usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust Vs mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya, akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
2. usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy Vs shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua/guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila guru tidak sabar, banyak melarang anak, menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Jangan membuat anak merasa malu.
3. usia 4 - 5 tahun, yaitu Inisiative Vs Guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Guru dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyakan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
4. usia 6 - 11 tahun, yaitu Industry Vs Inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, guru maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual, dan kurang percaya diri.


Tangisan Bayi
Menurut William Sears tangisan bayi merupakan bahasa pertamanya, ketrampilan berkomunikasi pertamanya.ketika pengasuh mengenali tangisan bayi adalah suatu komunikasi bayi tersebut belajar bahwa isyarat-isyaratnya berguna. Tanggapan yang diberikan karena tangisan itu memotivasinya untuk berkomunikasi kembali, mereka belajar menangis lebih baik. Respon yang segera dari orang tua mengajarkan bahwa tangisan mereka didengarkan dengan baik. Kemudian bayi mulai bereksperimen dengan sinyal yang lebih halus, bunyi halus, gerakan tubuh lain, kontak mata, dll. Orang tua yang membiarkan bayi mereka terus menangis sampai habis, bayi belajar menangis lebih sedikit dan menjadi bayi ’baik’. Namun mereka kehilangan kesempatan untuk mengembangkan komunikasi merekan karena komunikasi mereka tidak ditanggapi maka mereka tidak mau berkomunikasi lagi. (Sears, 2004)

Anak belajar berkomunikasi pertamakali dilingkungan keluarga dan keluargalah yang membentuk kepribadian maka hubungan anak dan orangtua dan komunikasi yang berjalan diantaranya akan mempengaruhi kepribadian anak. Hubungan orang tua dan anak berbeda-beda, cara orang tua mengasuh anak, yang juga terkait bagaimana orang tua berkomunikasi kepada anak mempunyai pengaruh terhadap kepribadiannya. Pengasuhan orang tua dapat dibedakan menjadi 4 macam, namun kita tidak boleh langsung menggolongkan seseorang kedalam golongan tertentu, kadang pola pengasuhan merupakan gabungan dari beberapa pola asuh. Keempat pola asuh itu adalah (Hurlock, 1980):
1. otoritatif : Orangtua ini memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial yang konsisten dengan usia dan kemampuan mereka. Namun mereka mengkombinasikan kendali dan tuntutan mereka dengan kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua arah. Mereka mendengar dan pendapat dan perasaan ana saat mengambil keputusan keluarga. Mereka memberikan penjelasan dan alasan untuk hukuman dan larangan jika mereka merasa harus melakukannya. Para peneliti mengemukakan bahwa anak dari orangtua seperti itu cenderung bersikap mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah kepada teman dan mau bekerjasama dengan orang tua.
2. otoriter: Orangtua yang menuntut dan mengendaikan yang semata-mata menunjukkan kekuasan mereka tanpa kehangatan, pengasuhan dan tanpa komunikasi dua arah. Anak dari orang tua otoriter cenderung memiliki kompetensi dan tanggung jawab yang sedang, cenderung menarik diri secara sosial, tidak memiliki spontanitas dan memiliki harga diri yang rendah. Pada anak perempuan, tergantung pada orang tuanya dan tidak memiliki motivasi untuk maju. Pada anak laki-laki,cenderung lebih agresif daripada anak lain
3. penyabar: Orangtua yang menerima, responsif, berpusat pada anak, sedikit memberikan tuntutan. Anak dari orangtua penyabar lebih positif dalam moodnya, dan menunjukkan lebih banyak vitalitas dari pada anak dari orangtua otoriter, namun prilaku mereka cenderung tidak matang sehingga tidak mempunyai kendali impuls, tanggung jawab sosial dan percaya diri, dan mengalami masalah agresi.
4. penelantar: Orangtua yang lebih memperhatikan aktivitas mereka sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya. Anak-anaknya bersikap impulsif, tidak mapu berkonsentrasi, pemurung, menghabiskan uang dengan cepat dan tidak menabungnya, dan sulit mengendalikan kemarahan agresif. (Hurlock, 1980)

Sebuah sajak yang dikutip Jalaludin Rahmat (2001) dari Dorothy Law Nolte, menggambarkan bahwa perlakuan/komunikasi orangtua terhadap anak akan sangat berpengaruh pada kepribadian anak. Sajak itu adalah:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan denagn permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan



Sumber :
Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., Bem, D. J. 2000. Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://re-searchengines.com/agusruslan31-5-2.html
http://www.ayahbunda-online.com/info_ayahbunda/info_detail.asp?id=Kehamilan&info_id=348

Read More ...

Selasa, 08 Desember 2009

wisdom, kebijaksanaan



Seekor burung hantu yang bijaksana duduk di sebatang dahan,
semakin banyak ia melihat semakin sedikit ia berbicara,
semakin sedikit ia berbicara, semakin banyak ia mendengar,
mengapa kita tidak seperti burung hantu yang bijaksana itu?
(Edward Hersey Richard)



Bijaksana (?!?!)

What is it?
Is Integration of affective, cognitive, understanding, emphaty, peacefulness and gentelness
Do we have it in our life?
Of course... we can learn as a process, not a product
Meaning of life is more important than money, wise man said (by Lily Chelfia)

Read More ...

Selasa, 01 Desember 2009

selamat datang

Selamat Datang ^^...

Ucapan ini ku tujukan kepada diriku sendiri dan teman2 yang mengunjungi blog yang baru aja q buat ini.
setelah berkali2 mnekan-nekan keypad dan mouse dengan memperhatikan layar kompi ahirnya, Alhamdulillah, jadi juga blog dengan nama kemilaupermata ini.
mengapa q beri nama kemilau permata? nggak lain karena namaku sendiri adalah permata dan q ingin menjadi lebih berkilau dengan mengembangkan diri dan kemampuan yang kumiliki-namun sebelum itu q harus menemukan apa kemampuan yang akan q asah .
moga
blog ini belum tau mau q isi apa , tapi moga bermanfaat ^^

nice to meet you n thank's for visiting by blog

-permata-

Read More ...